Sabtu, 30 April 2011

laporan atsiri

I.     PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Sejak zaman kuno, orang  Mesir  tahu bahwa kayu dan damar tertentu berbau harum dan lembut bila dibakar.  Penemuan ini digunakan selama berabad-abad sebelum orang menemukan metode yang dapat mengubah bunga, buah, dan  tanaman menjadi esens, absolut, dan resinoid. Produk-produk wewangian merupakan hasil keterampilan teknik tingkat tinggi, yang dicapai melalui eksperimentasi serta perbaikan alat dan perangkatnya secara terus-menerus. Produk-produk wewangian inilah yang pada zaman sekarang dikenal sebagai parfum. Perkembangan parfum semakin pesat seiring ditemukannya berbagai sumber-sumber minyak atsiri baik dari tanaman ataupun hewan. Perkembangan ini meliputi perkembangan teknologi proses pembuatan parfum dari teknik sederhana sampai kompleks sekalipun.
Parfum merupakan salah satu produk yang sangat banyak dikonsumsi atau digunakan masyarakat saat ini. Selain bentuk asli sebagai wewangian, juga dapat ditemui sebagai fiksatif untuk produk-produk rumah tangga seperti sabun mandi, deterjen, pembersih lantai, dan seterusnya. Perkembangan produk parfum menuntut kita sebagai agroindustrialis untuk dapat mempelajari proses pembuatan parfum termasuk teknik-teknik peracikannya. Selain itu, kita juga diharapkan untuk dapat mempelajari proses analisa mutu parfum sebagai langkah awal untuk meningkatkan daya jual.

B.     Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan parfum dan analisa mutu parfum yang telah diracik atau dibuat.







II.  METODOLOGI

A.    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas ukur, pipet tetes, botol parfum, erlenmeyer, dan kertas saring. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu biang parfum (minyak melati, mawar, sereh, kenanga, lemon), alkohol, fiksatif (minyak nilam, kenanga, atau menyan).

B.     Metode
1.      Pembuatan Parfum
Etanol sebanyak 45 ml dicampur dengan 1,5 fiksatif cair atau 1 gram kemenyan. Kemudian biang parfum sebanyak 5 ml dicampur ke dalam larutan. Biang parfum lainnya dapat ditambahkan sesuai selera. Setelah dirasa cukup pas wanginya, parfum dimasukkan ke dalam botol, sedangkan sisanya akan diuji kembali. Beberapa ml parfum yang telah dihasilkan diteteskan pada kertas saring, kemudian diamati warna, bau, dan daya tahan wangi (mudah atau lamanya menguap) setiap 15 menit. Terakhir dilakukan perhitungan konsentrasi masing-masing zat dalam campuran tersebut.
2.      Analisa Mutu Parfum
a.       Uji Speraedibility
Kertas saring disiapkan lalu satu tetes parfum dituang ke atas kertas saring. Tetesan diamati diameter, bau, dan warna yang terbentuk.
b.      Uji Spot
Kertas saring disiapkan lalu satu tetes parfum dituang. Kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 10 menit. Hasil tetesan diamati (diameter, bau, warna).
c.       Uji Kelekatan
Prosedur awal sama seperti uji spot, lalu hasil tetesan dicelupkan ke dalam aquades selama 5 menit dan dikeringkan kembali. Hasil diamati terhadap bau dan perubahan bau, warna dan perubahan warna, serta dibandingkan hasilnya dengan uji spot.


d.      Uji Daya Tahan Wangi
Prosedur awal sama seperti uji spreadibility, lalu disimpan dalam suhu ruang. Hasil diamati dan dicatat perubahan warna dan bau setiap 1 jam hingga bau dan warna hilang.
e.       Uji Intensitas Bau
Bau yang dihasilkan parfum diamati, kemudian diberikan skor terhadap bau yang dirasakan (dengan skala yang telah ditentukan).
-          Amat sangat intensif
-          Sangat intensif
-          Intensif
-          Sedikit
-          Sangat sedikit
f.       Uji Kesegaran
Rasa segar yang dihasilkan parfum diamati, kemudian diberikan skor terhadap kesegaran yang dirasakan (dengan skala yang telah ditentukan).
-          Amat sangat segar
-          Sangat segar
-          Segar
-          Sedikit segar
-          Menyengat
-          Sangat menyengat


III.    HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
[Terlampir]
B.     Pembahasan
Ada lima teknik untuk memproduksi parfum. Yang pertama dan merupakan teknik yang paling kuno adalah  maserasi. Maserasi adalah  teknik  penyatuan antara wewangian dan lemak melalui pemanasan. Teknik yang  kedua dinamakan teknik  enfleurage. Teknik ini bertujuan untuk menyatukan wewangian dan minyak dengan cara berbeda, yaitu dengan melakukan penyerapan wewangian melalui lemak dan benzoin. Cara ini dapat menghasilkan parfum yang setara bunga sebelum metode distilasi dan ekstrasi banyak digunakan. Teknik distilasi dan ekstraksi sendiri berbeda dengan dua teknik sebelumnya (maserasi dan enfleurage).
Pada teknik distilasi, berbagai bahan wewangian dimasukkan ke dalam mesin penyulingan, lalu dicampur dengan air dan dipanaskan hingga mendidih (Ames, 1968). Melalui pipa berleher angsa, uap yang dihasilkan didinginkan dan berubah menjadi cairan. Air terletak dibagian bawah, sedangkan esens yang berupa minyak akan mengambang di bagian atas. Dari esens inilah yang kemudian dipisahkan. Namun, kadang-kadang air bercampur esens ini langsung dijual dalam bentuk murninya.
Tidak semua bunga atau tanaman dapat didistilasi. Bunga atau tanaman yang tidak dapat didistilasi antara lain ialah  mawar, centifolia, narcissus, atau mimosa. Karena itu, para ahli mengembangkan teknik keempat yaitu teknik ekstrasi. Pada teknik ini, bahan-bahan parfum  tidak dilumatkan, tetapi dicampur dengan air dan diputar berulang-ulang hingga mengeluarkan pelarut. Pelarut ini kemudian dialirkan ke ruang hampa udara, dipanaskan, dijadikan uap dan proses selanjutnya sama dengan dengan proses distilasi (Ames, 1968).
Ekspresi adalah  teknik yang digunakan untuk mengekstraksi minyak citrus dari buah-buahan sejenis  jeruk, lemon, dan jeruk mandarin. Minyak alami dari buah-buahan ini terdapat dalam  kelenjar kecil di bagian kulitnya. Dengan pengupasan dan pemerasan, minyak yang merupakan esens wewangian dan air itu dapat keluar. Prinsip yang sama diterapkan dalam pabrikasi parfum.
Produksi selanjutnya adalah  maserasi dan pencampuran konsentrat dengan alkhohol dalam tabung besar tak berkarat. Hal ini dilakukan selama beberapa waktu untuk memperoleh kualitas parfum yang optimal. Banyaknya alkohol yang digunakan bergantung pada tipe produk  yang akan dihasilkan. Bila tipe produk adalah ekstrak, biasanya konsentrat parfum yang dimasukkan adalah 15–20 %, eau de toilette sebesar 5–10 %, sedangkan komposisi alkohol dalam  eau de parfum kira-kira setengah dari kedua ukuran tadi.
Di Prancis, alkohol yang digunakan biasanya disuling dari akar gula bit, yang setelah dimurnikan memiliki bau yang netral. Lamanya proses maserasi bergantung pada tipe produk, yaitu dapat berkisar antara beberapa minggu hingga tiga bulan. Setelah substansinya terbentuk, depositnya lalu diambil melalui teknik solidifikasi pada suhu antara 0 dan minus 10oC. Solidifikasi kemudian diikuti oleh filtrasi.
Para pengindra atau parfume tester disebut sebagai nose. Dalam industri parfum yang saat ini berkembang pesat,  hanya terdapat tiga perusahaan yang memiliki nose sendiri yaitu Channel, Guerlain, dan Jean Patou. Kebanyakan perusahaan harus menyewa jasa konsultan. Begitu suatu parfum selesai dibuat, perusahaan pembuat akan mengundang para nose  profesional untuk  menilai formula wewangian barunya. Dari 5–10 % konsultan yang diundang, hanya satu yang memenangi kontrak. Perusahaan membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan sebelum parfum yang direkomendasi oleh konsultan kontrakan dapat diluncurkan. Produk parfum merupakan hasil kerja tim, antara konsultan (nose), pembuat parfum, dan bagian pemasaran (Anonim, 2002).
Terdapat delapan komposisi utama wewangian yang menjadi faktor penentu produk parfum, yakni Floral, Chypre, Oriental (untuk maskulin dan feminin), Woody, Aromatic dan Hesperide (maskulin atau feminin).
Terdapat  perbedaan basis formula wewangian bagi parfum perempuan dan lelaki. Komposisi Chypre buat kalangan wanita terdiri dari aroma kayu, lumut, floral, buah-buahan. Parfum berkomposisi Chypre umumnya menyebarkan keharuman yang kaya dan awet. Parfum berkomposisi minyak Citrus atau dikenal sebagai Hesperidia memiliki karakter yang berbeda. Pada komposisi parfum famili Floral memuat segala wewangian beraroma bunga atau buket sebagai pokok tema. Komposisi Oriental merupakan komposisi dengan karakter yang bersensualitas hangat. Paduan aromanya terdiri dad musk, vanila dan  kayu-kayu pilihan dengan sentuhan bunga tropikal dan bumbu wewangian penyedap.
Komposisi pertama yang biasa menjadi pilihan bagi kaum lelaki adalah Aromatic. Komposisi ini berbasis sebagian atau lebih adalah aromatik tumbuhan bumbu, seperti rosemary. Komposisi Citrus untuk kaum lelaki adalah berkarakter cerah dan segar, terdiri dari bergamot, jeruk lemon, petit grain dan jeruk keprok, yang diperkaya aromatik kayu dan aroma bumbu penyedap. Sisi lain dari komposisi aroma parfum lelaki juga terdapat pada komposisi Orientalnya. Di bagian ini, para kreator parfum banyak mengolahnya dengan wewangian penyedap, aroma kayu, dan harmonisasi vanila untuk hasil parfum yang tegar dan sophisticated. Untuk komposisi Woody, biasanya kaum pria disuguhkan dengan bahan utama berbasis aroma kayu, seperti kayu cendana, patchouli, kayu cedar atau vertiver.
Penemuan komposisi bahan dan  resep parfum dimulai dari masa Renaissance yang membawa visi baru di jagad raya. Para penjelajah seperti Vasco de Gama, Christopher Columbus dan Magellan yang membawa segalanya itu dari benua Amerika dan India, seperti cokelat, vanila, balsam  Peru, tembakau, lada, cengkih dan kapulaga. Produk parfum pertama kali diperkenalkan oleh warga keturunan Spanyol dan Italia, yang membuka kiosnya di Paris, dan melanjutkan bisnis penjualannya ke seluruh Prancis. Namun, ternyata di wilayah Indonesia atau tepatnya di kawasan dekat danau Toba, Sumatra Utara, bagian dari komposisi parfum yakni Styrax Benzoin telah lama bertumbuh subur di sana. Pohon Styrax Benzoin bisa bertumbuh hingga setinggi 112 kaki. Pohon ini membawa legenda menarik di tengah suku Batak Toba dan Dairi, karena menjanjikan keberuntungan atau mendorong keluar dari kemiskinan.
Masyarakat melakukan proses pembuatannya sebagai damar yang lebih dulu dikeringkan oleh para petani, dan kemudian dijual ke para pedagang di kota-kota besar.  Mereka menjualnya dalam bentuk sayatan-sayatan yang disusun menurut ukuran dan kualitas dan dipasarkan di Singgabur, Dolok Sanggul atau Tarutung. Benzoin kemudian diolah lagi dengan alat penggilingan khusus, lalu dikirim ke seluruh dunia oleh pedagang komisi dan agen penjualan melalui Batavia atau Singapura.
Masa panen Styrax Benzoin berlangsung antara bulan Mei dan Agustus, atau memproduksi lebih dari tiga kilo benzoin. Irisan cairan baru bisa menghasilkan benzoin saat pohon berusia tujuh tahun  dan mampu berproduksi selama bertahun-tahun. Hingga kini, sebagian orang percaya benzoin bisa digunakan untuk menyembuhkan  penyakit melalui pertolongan roh-roh. Benzoin asal Sumatra juga digunakan untuk meracik rokok kretek  Jawa, selain dipakai untuk berbagai keperluan pengobatan dan mengusir roh jahat (Backer, 1965).
Sebagai bagian dari ramuan wewangian, benzoin sangat dikenal dengan nuansa kehangatan dan aromanya yang enak terhirup. Sensasi yang juga bisa ditemukan pada parfum Eau d'Ange atau  sebagai bagian paling inti dan menyegarkan dari Dominique Ropion, Serge Lutens, Opium (dari Yves Saint-Laurent), dan Casran (Chopard). Benzoin juga digunakan dalam bidang pengobatan seperti antiseptik, obat batuk, obat cuci perut, diuretic dan berberbagai sistem penyembuhan cara modern. Hingga kini, benzoin tetap menjadi bagian pelengkap komposisi parfum yang penting.
Daya tarik lain dari keberadaan wewangian adalah kebutuhan aroma parfum ternyata bisa membangun  motivasi kerja dan  menambah konsentrasi.  Riset bertopik aromakologi digagas oleh Dr Shizuo Torii, seorang profesor dari Universitas Toho, Jepang. Dia memulai riset itu pada tahun 1988, yang meneliti tentang bagaimana pengaruh aroma pada jiwa manusia. Torii menganalisis reaksi otak manusia pada berbagai sensasi komposisi wewangian. Hasilnya memperlihatkan bahwa parfum bekerja lebih daripada hanya menebarkan aroma bagus. Kegembiraan yang mampu diciptakannya begitu besar dan bisa berpengaruh sampai kepada suasana hati manusia. Lemon dan peppermint bisa memberikan efek stimulasi, aroma pala dan lavender kesannya menyejukkan, rosemary, yasmin dan cinnamon membantu konsentrasi manusia, cemara dan lemon bisa menyegarkan pikiran.
Alkohol dalam parfum berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan esensial yang menghasilkan aroma tertentu. Banyak sekali bahan aroma parfum tersebut yang tidak larut di dalam air, tetapi hanya larut di dalam alkohol. Oleh karena itu, alkohol menjadi salah satu alternatif terbaik dalam melarutkan bahan tersebut. Bahan penyusun parfum sendiri sebenarnya cukup banyak. Secara umum parfum didapatkan dari dua kelompok besar, yaitu bahan alami (yang diekstrak dari alam) dan bahan sintetis (bahan buatan yang berasal dari bahan kimia sintetis) (Brady, 1994).
Dalam dunia parfum digenal beberapa bahan yang sering dipakai sebagai bahan esensial yang memiliki aroma dan kesan tertentu. Misalnya civet berupa sejenis lemak yang berasal dari hewan  sejenis musang. Civet ini memberikan kesan tertentu di dalam parfum, sehingga menghasilkan  nuansa maskulin. Salah satu proses pengambilan komponen esensial dalam parfum adalah dengan metode enfleurasi. Metode ini dilakukan dengan menangkap bahan parfum yang bersifat folatil (gas yang mudah terbang) ke dalam suatu lemak padat. Cara ini dipakai untuk menghasilkan aroma tertentu yang sulit dilarutkan atau ditangkap dengan pelarut cair biasa. Meskipun saat ini metode tersebut sudah mulai ditinggalkan karena mahal, namun untuk parfum-parfum tertentu yang menghendaki kemurnian dan efek tertentu, maka penggunaan metode tersebut masih dimungkinkan.
             Menurut Ketaren (1985), pada umumnya parfum mengandung 3 macam komponen yaitu, zat pewangi (odoriferous substance), zat pengikat (fixatives), dan bahan pelarut atau pengencer (diluent). Ketaren (1985) menyebutkan bahwa zat pengikat adalah suatu persenyawaan kimia yang memiliki daya menguap yang lebih rendah dari zat pewanginya atau minyak atsiri dan dapat menghambat atau mengurangi kecepatan penguapan zat pewangi. Karakteristik zat pengikat yang memiliki daya ikat persenyawaan yang lebih baik adalah yang memiliki titik uap lebih tinggi dari titik uap zat pewanginya, tidak berbau atau berbau wangi. Penambahan zat pengikat ini dapat mengikat bau dan mencegah agar komponen yang dapat menguap dapat ditahan dalam jangka waktu yang lebih lama. Zat pengikat tersebut dapat berasal dari bahan nabati, bahan hewani, dan zat pengikat yang dibuat secara sintetis. Pada praktikum ini zat pengikat yang digunakan adalah zat pengikat yang berasal dari tanaman nilam dan tanaman kenanga.
             Minyak nilam dihasilkan dari proses penyulingan pada bagian daun kering tanaman. Minyak tersebut berfungsi sebagai bahan baku fiksatif dari komponen kandungan utamanya yaitu patchouli oil (C15H26) dan sebagai bahan pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan dalam industri parfum, sabun, dan tonik rambut serta digunakan dalam pembuatan kosmetik. Minyak nilam menciptakan bau yang khas dalam suatu campuran, karena bau minyak nilam yang enak dan wangi (Ketaren, 1985).
Minyak nilam diproduksi dengan cara penyulingan, baik dengan  uap (kukus) maupun uap bertekanan tinggi. Komponen utama dalam minyak nilam adalah PA yang kadarnya berkisr 30%. Komponen inilah yang biasanya dijadikan dasar penentuan mutu minyak nilam yang diinginkan pembeli selain minyak bebas cemaran besi (Fe). Oleh karena itu penyulingan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan ketel berbahan bebas karat (stainless steel) bukan dari besi atau baja yang bersifat korosif (Dummond, 1960).
Dalam industri parfum, minyak nilam tidak dapat digantikan oleh zat sintetik lainnya karena sangat berperan dalam menetukan kekuatan, sifat dan ketahanan wangi. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang dapat mengikat bau wangi dari bahan pewangi lain dan sekaligus dapat membentuk bau yang harmonis dalam suatu campuran parfum (Guenther, 1948).
            Biang parfum atau zat pewangi merupakan minyak atsiri yang didapatkan dari tumbuhan maupun hewan yang menghasilkan wangi yang pertama kali muncul atau sebagai top node pada parfum. Biang parfum biasanya memiliki daya menguap yang lebih tinggi sehingga wangi yang dihasilkan tidak tahan lama. Biang parfum  terdiri dari persenyawaan kimia yang menghasilkan bau wangi yang diperoleh dari minyak atsiri atau dihasilkan secara sintetis. Persenyawaan tersebut terdiri dari alcohol, ester, aldehid, keton, asam organik, lakton, amin, dan oksida yang berbau wangi. Umumya parfum mengandung zat pewangi 2% (weak parfum) sampai 10% (strong parfum) dan selebihnya adalah bahan pengencer dan zat pengikat (Ketaren,1985).
             Biang parfum tersebut dapat berasal juga dari proses sintetis kimia yang menghasilkan aroma yang sama dengan aroma yang dihasilkan oleh tumbuhan maupun hewan.  Biang parfum sering dicampur dengan minyak yang memiliki sebagai pengikat. Biang parfum yang digunakan pada praktikum pembuatan parfum ini adalah. Minyak lemon, minyak cengkeh, minyak pala, minyak bunga (minyak melati, minyak mawar, minyak kenanga), minyak lemon, dan minyak sereh wangi.
Bunga mawar dikenal mempunyai banyak varietas sehingga disebut  Rosaceae atau keluarga mawar - mawaran. Kemajuan teknologi semakin membuat keluarga tanaman ini beraneka ragam dengan warna - warninya mulai dari merah, ungu, hitam dan bahkan campuran beberapa warna. Disamping itu kelopak bunganya juga semakin variatif, dari yang berkuntum tunggal, ganda sampai yang bertumpuk.  Secara tradisional, minyak mawar telah digunakan untuk kulit. Minyak mawar yang kaya omega-3 dan omega-6, serta asam lemak sangat bermanfaat untuk kulit kering, kasar, pecah-pecah, sensitif, terbakar, atau penuaan kulit. Minyak mawar juga kaya akan  antioksidan vitamin A dan vitamin C, serta memiliki efek tonik dan zat pada kapiler yang terletak persis di bawah permukaan kulit.
Aroma mawar memberikan sensasi santai untuk sistem syaraf dan dikenal untuk mengurangi stres emosional, psikologis dan depresi. Minyak atsiri pada mawar  mengandung geraniol dan limonene yang berfungsi sebagai antiseptik, pembunuh jamur candida albican penyebab keputihan dan menambah daya tahan tubuh. Harum aroma bunga mawar juga sering digunakan sebagai aromaterapi yang bersifat menenangkan juga meningkatkan mood.
Hampir semua kelompok tanaman mawar bisa digunakan untuk keperluan bahan baku parfum (yaitu dengan mengekstraksi minyak mawar) maupun untuk bahan baku obat dengan memenuhi syarat harus berbau wangi cukup kuat (untuk bahan baku parfum) dan mengandung zat antibiotika atau senyawa kimia penting yang dibutuhkan seperti sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol, eugenol, fenil etil alkohol, farnesol, dan nonilaldehid (untuk bahan baku obat ataupun jamu tradisional). Untuk bahan baku parfum biasanya digunakan mawar jenis mawar teh (Tea Roses), sedangkan untuk bahan baku obat hampir semua jenis mawar bisa digunakan.
Dalam aromaterapi, minyak esensial lemon memiliki berbagai macam kegunaan  yang luar biasa. Lemon  menciptakan  bayangan kesegaran dan  kebersihan dan sinar matahari, serta limun (Harris, 1987). Penelitian yang dilakukan oleh Jean Valnet, M.D. menunjukkan bahwa minyak atsiri lemon yang menguap dapat membunuh bakteri meningokokus (meningococcus) dalam 15 menit, bakteri tipus dalam satu jam, staphylococcus aureus dalam dua jam, dan kuman yang menyebabkan radang paru-paru (pneumonia) dalam waktu tiga jam.  Bahkan  larutan minyak atsiri lemon 0,2% dapat membunuh bakteri difteri dalam 20 menit dan menonaktifkan bakteri TB. Sifat antiseptik ini akan bertahan  selama dua puluh hari. Sifat ini sangat tepat untuk menghancurkan kuman yang ada di udara pada kamar di rumah sakit, ruang tunggu, dan sekolah. Hal ini terutama efektif untuk menetralisir bau yang tidak menyenangkan pada tubuh pasien yang menderita kanker. Minyak atsiri lemon adalah minyak atsiri dengan getaran tinggi. Minyak atsiri dengan getaran tinggi mendorong semangat, terutama untuk seseorang yang mungkin merasa kelelaham psikologis.  Lemon memberikan rasa hangat dan menyenangkan untuk intelektual. Meskipun minyak atsiri lemon ini bermanfaat baik secara fisik dan psikologis, minyak ini banyak merangsang pikiran, meningkatkan konsentrasi dan kemampuan menghafal.
Penelitian otak yang berkaitan dengan efek parfum menemukan bahwa minyak atsiri lemon mengaktifkan terutama bagian hippocampus. Para peneliti universitas di Jepang menemukan bahwa aroma tertentu yang menyebar di lingkungan kantor secara dramatis memperbaiki akurasi mental dan konsentrasi. Dalam penelitian lain minyak atsiri lemon menunjukkan bahwa zat ini memiliki efek antidepresi.
Sebuah studi Mie University pada tahun 1995 menemukan bahwa aroma jeruk meningkatkan kekebalan, menimbulkan relaksasi, dan mengurangi depresi. Minyak atsiri lemon merupakan stimulan kekebalan. Zat ini meningkatkan sel-sel darah putih, memperbaiki mikrosirkulasi dan merupakan zat antiseptik.  Minyak atsiri lemon terdiri dari 68 persen d-limonene, suatu antioksidan kuat. Lemon memiliki ORAC (Oxygen Radical Absorption Capacity / Kapasitas Penyerapan Radikal Oksigen) kurang lebih 6.619 (TE/L). Satuan TE/L dinyatakan sebagai mikromol Trolox per liter. D-limonene banyak dipelajari karena kemampuannya untuk melawan pertumbuhan tumor di lebih dari 50 penelitian klinis.
Pala yang mempunyai mutu terbaik  dalam dunia perdagangan adalah pala yang berasal dari Myristica fragrans H. Pala menghendaki iklim laut yang panas (25 – 30 °C), tetapi basah, curah hujan 2.500 mm/tahun. Tanaman pala dapat tumbuh di dataran rendah yang kurang dari 700 m dpl pada tanah berpasir bercampur humus. Tingginya dapat mencapai 12 m. Mulai berbunga dan berbuah setelah berumur 4 – 6 tahun, dan produktif berbuah sampai 25 tahun. Buah pala berbentuk bulat telur sampai lonjong, bagian terluar adalah kulit buah. Di bawah daging buah terdapat tempurung biji yang diselubungi oleh jala berwarna merah api yang disebut dengan fuli. Di awah tempurung tersebut terdapat biji pala.
Minyak pala dihasilkan dengan penyulingan air dan uap dari biji atau fulinya. Biji pala menghasilkan minyak atsiri sekitar 7-16%, sedangkan bagian fuli menghasilkan minyak sekitar 4 – 15%. Biji pala muda menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar dibandingkan dengan biji pala tua. Komponen utama minyak pala adalah miristisin yang bersifat racun dan mempunyai efek narkotika, sehingga penggunaan dalam industri pangan dan obat-obatan sangat sedikit. Minyak pala juga digunakan dalam industri parfum dn pasta gigi.
Indonesia memegang peranan penting dalam pasar dunia karena sebagian besar kebutuhan pala dunia berasal dari Indonesia. Negara produsen utama lainnya adalah Granada, India, dan Madagaskar. Lebih dari 60% kebutuhan pala dunia berasal dari Indonesia dengan volume ekspor lebih dari 200 ton/tahun, cenderung stabil hingga tahun 2007. Namun pada tahun 2008, output minyak pala Indonesia menurun drastis karena hama yang menyerang tanaman pala di Sumatera. Jika ditinjau dari nilainya, perkembangan nilai ekspor minyak pala menunjukan peningkatan yang cukup signifikan.
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memliki batang pohon besar dan berkayu keras. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter dan dapat bertahan sampai umur ratusan tahun. Tanaman cengkeh mempunyai sifat khas karena semua bagian pohon mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun sampai bunga. Kandungan minyak cengkeh pada bagian-bagian tanaman tersebut bervariasi jumlahnya namun kadar minyak yang paling tinggi terdapat pada bagian bunga (20%) sedangkan bagian gagang dan daun mengandung sekitar 4 – 6 % (Backer, 1965).
Areal produksi tanaman cengkeh hampir tersebar di semua daerah di Indonesia mulai dari NAD sampai Papua dengan luas areal terluas di Jawa dan Sulawesi. Luas areal tanaman ini mengalami sedikit peningkatan setiap tahunnya atau lebih cenderung stabil.
Cara penyulingan yang paling sederhana untuk mendapatkan minyak cengkeh adalah dengan penyulingan air dan uap dengan lama penyulingan sekitar 7 – 8 jam untuk daun basah dan 6  - 7 jam untuk penyulingan daun kering.
Penggunaan tekanan bertahap mulai dari 1 bar sampai 2 bar dapat mempersingkat lama penyulingan menjadi 4 – 5 jam.
Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan.
Sentra produksi minyak cengkeh terdapat di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumtarea Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Produksi minyak cengkeh Indonesia pada tahun 2007 sekitar 2.500 ton dengan perkiraan pemakaian dunia sekitar 3.500 ton / tahun (Mulyadi, 2008). Walaupun demikian volume ekspor minyak cengkeh sangat kecil, karena sebagian besar minyak cengkeh sudah diolah menjadi produk turunannya sehingga yang diekspor lebih banyak pada produk turunannya, seperti eugenol, eugenol asetat, dll.
Sereh wangi diduga berasal dari Srilangka. Nama latinnya adalah Cymbopogon nardus L., termasuk dalam suku  Poaceae (rumput-rumputan). Varietas sereh wangi yang paling dikenal adalah varitas Mahapegiri (java citronella oil) dan varitas Lenabatu (cylon citronella oil). Varitas Mahapegiri mampu memberikan mutu dan rendemen minyak yang lebih baik dbandingkan varitas Lenabatu. Daerah  penanaman dan produksi minyak sereh wangi di Indonesia dengan luas areal  pada tahun 2007 sebesar 19.592,25 haterbesar di daerah Jawa, khususnya Jabar dan Jateng dengan pangsa pasar dan produksi mencapai 95% dari total produksi Indonesia. Area lainya adalah NAD dan Sumatera Barat. Daerah sentra produksi di Jawa Barat adalah: Purwakarta, Subang, Pandeglang, Bandung, Ciamis, Kuningan, Garut, dan Tasikmalaya. Sedangkan di Jateng adalah Cilacap, Purbalingga dan Pemalang (Data Sbdit Tanaman Atsiri, Dittansim, 2008).
Proses pengambilan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan melalui proses penyulingan selama 3 – 4 jam. Rendemen rata-rata minyak sereh wangi sekitar 0,6 – 1,2% tergantng jenis sereh wangi serta penanganan dan efektifitas penyulingan. Komponen terpenting dalam minyak sereh wangi adalah sitronellal dan geraniol (Backer, 1965). Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak atsiri, sehingga kadarnya harus memenuhi syarat ekspor agar dapat diterima. Minyak ini digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun, sprays, desinfektans, pestisida nabati, bahan pengilap, peningkat oktan BBM dan aneka ragam preparasi teknis.
            Tanaman sedap malam termasuk ke dalam daftar salah satu jenis flora dari meksiko yang telah menyebar dan beradaptasi dengan baik di daerah beriklim panas. Tanaman sedap malam membutuhkan kondisi iklim yang cukup lembab dengan suhu antara 13-27°C. Daerah paling ideal untuk pengembangan sedap malam yaitu pada ketinggian 600-1500 m dpl. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan baku minyak mawar adalah mahkota bunga. Bahan baku terbaik berasal dari bunga mawar dengan tingkat kemekaran 50-75 %. Dilihat dari varietasnya, varietas tunggal (single hybrid) menghasilkan rendemen lebih tinggi dibandingkan varietas ganda (double hybrid) (Armando, 2002).
            Parfum yang telah dibuat dengan campuran biang parfum alkohol dan fiksatif maka parfum tersebut dilakukan analisis mutu parfum. Analisis mutu parfum terdiri dari uji speradibility, uji spot, uji kelekatan, uji daya tahan wangi, uji intensitas bau, dan uji kesegaran.
             Pengujian selanjutnya adalah uji spot. Secara umum, uji spot hampir sama dengan uji spreadibilty. Perbedaanya adalah pada uji spot setelah ditetesi parfum, kertas saring yang ditetesi tersebut dijemur terlebih dahulu di bawah sinar matahari selama 10 menit sebelum diamati. Parameter yang diamati sama dengan uji spreadibilty yaitu diameter bau dan warna. Penjemuran pada uji spot berfungsi untuk melihat sifat fisik minyak atsiri yang tertinggal setelah proses pengeringan, karena pada beberapa minyak atsiri setelah beberapa saat menempel pada permukaan maka akan tertinggal residu warna komponen penyusunnya. Sehingga dengan uji tersebut kita dapat mengetahui jenis minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai jenis parfum yang ingin dibuat. Selain itu juga dapat menentukan jenis minyak yang wanginya dapat bertahan lama. Hal ini sangat berguna jika kita ingin membuat parfum yang memiliki daya tahan yang cukup lama. 
             Berdasarakan data yang didapatkan dari praktikum bahwa parfum yang menghasilkan daya sebar yang paling kecil pada kertas saring adalah pada kelompok 3 (0,5 ml nilam+ 5 ml sedap malam + 3 tetes lemon) dengan panjang diameter 1.5 cm. untuk daya sebar yang paling besar adalah pada kelompok 4 (0,5 ml kenanga + 5 ml lemon+ 1 ml sedap malam+ 1 ml mawar) dengan panjang diameter 2.2 cm. Untuk parameter bau yang diamati keseluruhan kelompok menghasilkan wangi yang sama dengan biang parfum maupun campuran biang parfum yang ditambahkan. Aroma minyak yang berfungsi sebagai pengikat tidak tercium oleh praktikan. Untuk parameter warna yang diamati bahwa kelompok 1, 2, dan 3 saja yang menghasilkan warna. Hasil yang didapatkan pada uji spot tersebut disebabkan oleh jenis biang parfum yang digunakan dan jumlah ml yang biang parfum yang digunakan beserta tambahan biang parfum untuk menghasilkan aroma segar.
             Uji selanjutnya adalah uji kelekatan. Uji kelekatan merupakan uji keberlanjutan setelah uji spot. Setelah dilakukan uji spot maka kertas saring tersebut dicelupkan ke dalam aquades selama 5 menit. Pencelupan tersebut dilakukan pada daerah yang ditetesi oleh parfum kemudian dikeringkan. Parameter yang diamati adalah bau dan warna saja. Parameter tersebut dibandingkan dengan uji spot. Hasil yang didapatkan bahwa setelah perendaman terdapat beberapa kelompok yang mengalami perubahan terhadap parameter bau. Perubahan bau yang dihasilkan tersebut bisa konsentrasi bau menjadi berkurang atau bau yang dominan dari 2 campuran biang parfum yang dilakukan oleh praktikan. Kelompok yang mengalami perubahan bau adalah kelompok 4  (0,5 ml kenanga + 5 ml lemon+ 1 ml sedap malam+ 1 ml mawar) dimana bau yang dihasilkan semakin menyengat (fiksatif muncul) setelah dilakukan perendaman. Pada kelompok 2 (5 ml mawar + 2 ml lemon) bau yang dihasilkan kurang wangi setelah diuji kelekatan. Pada kelompok 1 (5ml sedap malam + 0,5ml nilam + 3 tetes lemon + 6 tetes mawar +3 tetes pala + 1 tetes sereh) bau yang dihasilkan cenderung lebih soft,  kelompok 5 (5 ml mawar + 0,5ml kenanga+ 5 tetes lemon) dan kelompok 6 (5 ml lemon + 0,5 ml kenanga + 3 tetes sedap malam + 5 tetes mawar + 2 tetes cengkeh +2 tetes pala)  perubahan bau yang terjadi cenderung berkurang. Sedangkan pada kelompok 3 (0,5 ml nilam+ 5 ml sedap malam + 3 tetes lemon) tidak terjadi perubahan bau (tetap).
            Untuk paremeter warna, hasil seluruh kelompok menunjukkan adanya perubahan warna setelah uji kelekatan mulai dari warna bening/transparan, kuning pudar sampai tak berwarna. Perubahan bau dan warna itu terjadi karena perpindahan komponen senyawa kimia pada parfum yang berpindah pada aquades sehingga bau  dan warna yang terjadi cenderung menurun dibandingkan sebelum direndam. Akan tetapi pada kelompok 4 terjadi aroma cenderung lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Hal ini terjadi kesalahan praktikum oleh praktikan pada saat pengujian berlangsung. Perubahan yang terjadi tersebut menentukan mutu parfum yang dihasilkan.
             Hasil pada pengujian daya tahan wangi menunjukkan data kelompok : semakin lama waktu yang diberikan maka warna dan bau parfum akan semakin hilang seperti yang terjadi pada kelompok 1, 3, 4, 5, dan 6. Pada kelompok 4, warna hilang hanya dalam 4 menit. Sedangkan pada kelompok 2, parfum yang diuji memiliki bau yang semakin harum. Perubahan warna dan bau terhadap waktu ini terkait dengan base note yang digunakan. Jika komposisi base note dan/ fiksatif yang digunakan tepat dan seimbang dengan komponen lainnya, maka pada rentang waktu tertentu, bau dari base note akan tercium kuat. Begitu pula sebaliknya, jika komposisi tidak tepat/seimbang maka bau dari base note akan kurang tercium setelah pemakaian.
            Uji selanjutnya adalah uji intensitas bau. Uji tersebut dilakukan dengan uji organoleptik yang melibatkan 24 panelis. Panelis tersebut berasal dari praktikan golongan praktikum atsiri. Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji mutu hedonik. Hal ini disebabkan karena kita ingin mengetahui keintensifan suatu bau parfum yang dibuat oleh masing-masing kelompok. Untuk kelompok 1 dibuat dengan komposisi 5ml sedap malam + 0,5ml nilam + 3 tetes lemon + 6 tetes mawar +3 tetes pala + 1 tetes sereh, untuk kelompok 2 adalah 5ml 5 ml mawar + 2 ml lemon, untuk kelompok 3 adalah 0,5 ml nilam+ 5 ml sedap malam + 3 tetes lemon, untuk kelompok 4 adalah 0,5 ml kenanga + 5 ml lemon+ 1 ml sedap malam+ 1 ml mawar, untuk kelompok 5 adalah 5 ml mawar + 0,5ml kenanga+ 5 tetes lemon, dan untuk kelompok 6 adalah 5 ml lemon + 0,5 ml kenanga + 3 tetes sedap malam + 5 tetes mawar + 2 tetes cengkeh +2 tetes pala. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala ordinal dari 1-5 yang mewakili keterangan sangat sedikit – amat sangat intensif. Hasil yang didapatkan bahwa rata-rata nilai yang paling tinggi adalah pada parfum kode 027 (kelompok 1) dengan rata-rata 3,48 yang mewakili keterangan  intensif. Pada kelompok 2, rata-rata nilai adalah 3.42, pada kelompok 3, rata-rata nilai adalah 2.57, pada kelompok 4 dan 6, rata-rata nilai adalah 2.86 dan nilai yang paling kecil adalah pada kelompok 5, dengan  rata-rata nilai 2,43 mewakili keterangan sangat intensif.
             Intensitas suatu parfum sebenarnya dipengaruhi oleh biang yang digunakan dan bahan fiksatif yang digunakan.  Parfum yang menggunakan minyak nilam sebagai fiksatif cenderung lebih intensif baunya, hal ini dikarenakan memang minyak nilam merupakan fiksatif yang baik untuk parfum dibandingkan fiksatif-fiksatif lainnya. Minyak nilam merupakan base notes yang mana baunya tidak mudah hilang. Pada saat praktikum dan tepatnya saat uji intensitas, rata-rata bau yang tercium adalah top notes dan middle notes, sehingga apabila pada saat melakukan uji tepat setelah diracik parfumnya, bau parfum tersebut akan tercium sangat intensif. Setelah kelamaan didiamkan apabila dicium kembali baunya sudah tidak seintensif waktu awal, hal ini karena biang yang digunakan yang rata-rata merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari bunga dan buah menguap, dan bau yang tersisa adalah nilamnya.
            Untuk uji kesegaran, parfum yang mendapat penilaian paling baik adalah parfum kode 027 (kelompok 1) dengan rata-rata skor 3,14 mewakili keterangan segar. Sedangkan parfum lainnya rata-rata menunjukkan skor 3,5-4,5 dengan keterangansedikit segar sampai menyengat. Kesegaran parfum sangat dipengaruhi oleh bahan baku/ minyak atsiri yang digunakan. Bahan-bahan seperti minyak lemon cenderung memiliki sifat segar yang disukai oleh pemakai.


IV.    KESIMPULAN

            Terdapat lima metode untuk menghasilkan parfum, yaitu maserasi, enfleurasi, distilasi, ekspresi, dan maserasi & pencampuran konsentrat dengan alkohol. Pada praktikum digunakan teknik pencampuran konsentrat dengan alkohol dengan campuran biang parfum dan fiksatif. Biang parfum atau zat pewangi merupakan minyak atsiri yang didapatkan dari tumbuhan maupun hewan yang menghasilkan wangi yang pertama kali muncul atau sebagai top node pada parfum (minyak dari bunga,minyak lemon). Zat pengikat adalah suatu persenyawaan kimia yang memiliki daya menguap yang lebih rendah dari zat pewanginya atau minyak atsiri dan dapat menghambat atau mengurangi kecepatan penguapan zat pewangi (minyak nilam).
            Analisa mutu parfum terdiri dari enam pengujian, yaitu uji spreadibility, uji spot, uji kelekatan, uji daya tahan wangi, uji intensitas bau, dan uji kesegaran. Hasil dari uji spreadibility menunjukkan bahwa parfum kelompok 4 memiliki daya sebar terhadap kertas saring paling besar dengan diameter 2,2 cm, warna dari kuning sampai transparan, dan bau sesuai dengan biang yang digunakan. Uji spot menunjukkan diameter terbesar pada parfum kelompok 3 (2,2 cm) dengan rentang warna kuning transparan sampai tak berwarna dan bau seperti biang yang digunakan.
Uji kelekatan akan menunjukkan perubahan warna dan bau cenderung menurun dibandingkan sebelum direndam aquades. Parfum yang diuji rata-rata mengalami penurunan bau harum dan noda/warna pada kertas saring sebanding dengan pertambahan waktu walaupun ada beberapa kelompok yang mengalami peningkatan bau harum, ini terkait dengan komposisi base note atau fiksatif. Intensitas bau tertinggi ditunjukkan oleh parfum kelompok 5 (2,43 sangat intensif) sedangkan kesegaran tertinggi ditunjukkan oleh parfum kelompok 1 (3,14 segar).


DAFTAR PUSTAKA

Ames, G.R., Matthews, M.S. A. 1968.  The Destilation Of  Essential Oil. Tropical science, New Jersey.
Anonim, 2002. Raw Material and Processing. www.H&rscents.com. [26 April 2011].
Armando, Rochim. 2002. Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Backer, C.A. and Backuizen van den Brink. 1965. Flora of Java. Vol. II. NVP Noordhoff. Groningen, Belanda.
Brady, J., 1994,  Kimia Universitas Asas dan Struktur: Jilid satu, Edisi Kelima. Binarupa Aksara, Jakarta.
Dummond, H.M. 1960. Patchouly Oil. Patchouly Oil Journal of Perfumery and Essential Oil Record.
Guenther, E., 1948. The Essensial Oils Vol.1. D. Van Nostrand Compay. Inc., New York.
Guenther, E, 1987. Minyak Atsir: Jilid I. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Harris, R, 1987.  Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ketaren, S., 1985.  Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.